Ucapan seseorang: Allahu Akbar, adalah kalimat yang agung. Diriwayatkan bahwa ‘Adiy bin Hatim Ath-Tha’i radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai ‘Adiy, tahukah engkau makna Allahu Akbar?” ‘Adiy menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Maknanya adalah Allah lebih besar daripada segala sesuatu.”
Orang yang memahami kalimat ini dan menghayati maknanya dengan sebenar-benarnya, demi Allah, dia akan benar-benar mengagungkannya, dan niscaya segala makhluk akan terlihat kecil di matanya.
Aku bersumpah dengan sebenar-benarnya, Allah lebih besar daripada segala sesuatu. Sebesar apa pun engkau mengagungkan seseorang, dan mengira dia mampu melakukan sesuatu, lalu engkau mengucapkan Allahu Akbar, maka engkau akan sadar dalam hatimu bahwa Allah lebih agung dan lebih besar daripada orang itu. Sebesar apa pun anggapanmu bahwa ada orang yang mampu memberi manfaat atau menimpakan mudarat kepadamu, ingatlah bahwa Allah lebih besar, sehingga orang itu menjadi kecil di matamu. Dengan begitu, engkau tidak akan terjerumus ke dalam syirik besar maupun syirik kecil.
Bahkan hal itu menjadi bukti imanmu, sehingga engkau bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal. Ini adalah derajat tertinggi dalam keimanan. Karena iman adalah ucapan dan perbuatan; bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Maka kedudukan Allahu Akbar dan penghayatan terhadap kalimat agung ini adalah perkara yang agung dan mulia bagi seorang mukmin sejati.
Ketika kita berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan lisan, dan zikir lisan kita itu menyertai zikir hati kita. Yang dimaksud zikir hati adalah menghayati makna-makna dari zikir tersebut. Mungkin engkau takjub ketika melihat sebagian orang saleh berzikir kepada Allah hingga meneteskan air mata. Air matanya itu bukan hanya karena gerakan lisannya semata, tetapi karena ia menghayati makna-makna tersebut. Ada yang menangis karena pengagungannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ada pula yang menangis karena menyesali kelalaiannya terhadap dirinya sendiri.
Ketika ia mengucapkan: Laa ilaaha illallaah. Allahu Akbar. Labbaika laa syariika laka, ia teringat segala kelalaian yang pernah ia lakukan. Sehingga matanya menangis karena dosa yang telah ia perbuat. Ia menangis karena mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Perkasa.
=====
قَوْلُ الْمَرْءِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَلِمَةٌ عَظِيمَةٌ جَاءَ أَنَّ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ الطَّائِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا عَدِيُّ أَتَدْرِي مَا مَعْنَى اللَّهُ أَكْبَرُ؟ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ مَعْنَاهَا أَنَّ اللَّهَ أَكْبَرُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
إِنَّ الَّذِي يَعْرِفُ هَذِه الْكَلِمَةَ وَيَتَأَمَّلُ فِي مَعْنَاهَا حَقَّ التَّأَمُّلِ وَاللَّهِ لَيُعَظِّمَنَّهَا تَعْظِيمًا وَلَيَصْغُرُ فِي عَيْنِهِ كُلُّ مَخْلُوقٍ
وَأَحْلِفُ بِاللَّهِ غَيْرَ حَالِفٍ إِذِ اللَّهُ أَكْبَرُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَهْمَا عَظَّمْتَ شَخْصًا فَظَنَنْتَ أَنَّهُ قَادِرٌ عَلَى أَمْرٍ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ اللَّهُ أَكْبَرُ عَلِمْتَ أَنَّ اللَّهَ أَعْظَمُ وَأَكْبَرُ فِي نَفْسِكَ مِنْهُ مَهْمَا ظَنَنْتَ أَنَّ شَخْصًا قَادِرٌ عَلَى نَفْعِكَ بِنَفْعٍ أَوْ ضَرِّكَ بِضُرٍّ تَتَذَكَّرُ أَنَّ اللَّهَ أَكْبَرُ فَيَصْغُرُ ذَلِكَ الشَّخْصُ فِي عَيْنِكَ فَحِينَئِذٍ لَا تَقَعُ فِي الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ وَلَا فِي الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ
بَلْ قَدْ يَكُونُ إِيْمَانُكَ فَتَتَوَكَّلُ عَلَى اللَّهِ حَقَّ التَّوَكُّلِ وَهَذِهِ الْمَرْتَبَةُ الْعُلْيَا فِي الْإِيْمَانِ إِذِ الْإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ إِذًا قَضِيَّةُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَالتَّفَكُّرُ فِي هَذِهِ الْكَلِمَةِ الْعَظِيمَةِأَمْرُهَا عَظِيمٌ وَجَلِيلٌ عِنْدَ الْمُؤْمِنِ الْحَقِّ
وَنَحْنُ عِنْدَمَا نَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ نَذْكُرُهُ بِلِسَانِنَا وَيُوَاطِئُ ذِكْرُ لِسَانِنَا ذِكْرَ قَلْبِنَا وَمَعْنَى ذِكْرِ الْقَلْبِ هُوَ التَّفَكُّرُ فِي الْمَعَانِي فِي مَعَانِي الْأَذْكَارِ إِنَّكَ تَعْجَبُ حِينَمَا تَرَى بَعْضَ الصَّالِحِينَ يَذْكُرُ اللَّهَ وَعَيْنُهُ تَفِيضُ سَبَبُ فَيْضِ عَيْنِهِ لَيْسَ مُجَرَّدَ لَهْجِ لِسَانِهِ فَحَسْبُ وَإِنَّمَا تَأَمُّلُهُ فِي هَذِهِ الْمَعَانِي يَبْكِي الْمَرْءُ تَعْظِيمًا لِلَّهِ وَجَلَّ يَبْكِي الْمَرْءُ نَدَمًا عَلَى مَا قَصَّرَ فِي حَقِّ نَفْسِهِ
عِنْدَمَا يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ عِنْدَمَا يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ تَذَكَّرَ قُصُورًا مِنْهُ حَدَثَ قَبْلَ ذَلِكَ فَإِنَّهُ تَبْكِي عَيْنُهُ عَلَى ذَنْبٍ قَدِ اقْتَرَفَهُ تَبْكِي عَيْنُهُ تَعْظِيمًا لِلْجَبَّارِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى